Lisa merasa
malu dengan kebutaan yang dideritanya. Oleh karena itu ia memutuskan untuk
tidak bersekolah dan menarik diri dari pergaulan. Orang tua Lisa menyetujui
keputusan Lisa ini. Mereka memilih menyekolahkan putrinya di rumah. Hari-hari
berlalu, sampai Lisa beranjak remaja, belum ada pendonor yang bersedia
mendonorkan kornea mata untuk Lisa. Namun gadis remaja ini masih yakin bahwa
kelak pasti ia akan dioperasi dan bisa kembali melihat warna-warni pelangi dan
bunga-bunga bermekaran.
Di suatu hari
yang cerah, Lisa berjalan-jalan di sebuah taman bunga. Saat itu ia berjumpa
dengan seorang pemuda dan Lisa jatuh cinta padanya. Walaupun ia gadis buta,
namun ia bisa merasakan rasa jatuh cinta saat pandangan pertama. Pemuda itu
seusia dengan Lisa. Pemuda itu mau menerima kekurangan Lisa dan memperlakukan Lisa
dengan sangat baik. Melihat ketulusan dan duka yang dialami sang gadis buta,
pemuda itu bertekad ingin membahagiakan hati Lisa dengan ketulusan cintanya.
Pemuda itu
membuktikan rasa cintanya dengan rajin memberikan bunga mawar merah jambu
kesukaan Lisa. Tidak hanya itu saja, pemuda itu menunjukkan sikap romantisnya
dengan menuliskan puisi-puisi cinta yang indah dalam huruf Braille. Pemuda itu
tak lupa juga selalu menyemangati hari-hari Lisa agar Lisa selalu gembira dalam
menjalani hari-harinya. Pemuda itu juga berjanji bahwa suatu hari nanti Lisa
pasti bisa melihat keindahan dunia kembali.
Hari, minggu
dan bulan telah berlalu. Lisa menerima kabar gembira matanya akan segera
dioperasi. Gadis itu merasa sangat senang karena akhirnya ada seseorang yang
bersedia mendonorkan kornea mata untuknya. Kebahagiaan Lisa semakin bertambah
karena ia segera bisa melihat indahnya dunia dan melihat paras kekasih hatinya.
Lisa berdoa kepada Tuhan atas operasinya dan berdoa diberikan hasil terbaik. Lisa
pun mempersiapkan segala sesuatu agar operasinya berjalan lancar.
Hari operasi
pun tiba. Tuhan menjawab doa-doa Lisa dengan keberhasilan operasinya. Setelah
operasi selesai, Lisa ternyata harus melakukan adaptasi cahaya selama beberapa
minggu. Setelah masa pemulihan, Lisa berjalan-jalan untuk menemui kekasihnya
yang belum pernah ia temui semenjak ia dioperasi. Mereka memutuskan untuk melepaskan rasa rindu dengan bertemu di sebuah cafe yang
tenang dan romantis.
Namun alangkah
kecewanya hati Lisa. Pemuda yang merupakan kekasihnya itu ternyata seorang yang
juga buta seperti dirinya dahulu. Lisa pun akhirnya berpikir dua kali untuk
melanjutkan hubungan dengan pemuda itu. Ia meragukan kelangsungan masa depannya
jika harus menikah dan melanjutkan hidup dengan pemuda buta itu. Menurut Lisa,
orang yang buta masa depannya akan suram karena sulit untuk berkarya dan
memperoleh uang. Akhirnya Lisa pun memutuskan untuk menyudahi hubungannya
dengan pemuda itu.
Setelah
beberapa hari berlalu, Lisa menerima sepucuk surat berhuruf Braille. Lisa masih
mengingat cara membaca huruf Braille. Sambil memejamkan matanya, gadis itu
berusaha membaca huruf demi huruf pada surat itu.
Lisa kekasihku, maafkan jika aku lancang menuliskan
surat ini untukmu.
Aku tahu, saat ini kita sudah bukan lagi sepasang
kekasih, namun cinta ku masih utuh hanya untukmu. Seperti yang pernah kukatakan
dahulu, kamu pasti bisa melihat dunia, senja yang indah dan bunga mawar berwarna merah
jambu, kesukaanmu.
Saat kamu membaca surat ini, aku sudah jauh berada di negeri orang, untuk meneruskan cita-citaku yang sempat kuhentikan karena telah mendapatkanmu. Apalagi sekarang aku lebih bisa diterima di negara ini, jadi aku akan menetap selamanya di sini dan mungkin tidak akan bertemu denganmu lagi.
Rasa cinta membuatku tidak bisa membencimu, Lisa..
Satu hal yang ingin aku sampaikan, tolong jaga hadiah yang sudah aku berikan padamu. Aku tulus memberikan kornea mataku untukmu.
Jangan menangis, aku tahu kamu gadis yang kuat. Aku belajar banyak darimu Lisa, aku juga akan berusaha sekuat dirimu.
Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu.
Saat kamu membaca surat ini, aku sudah jauh berada di negeri orang, untuk meneruskan cita-citaku yang sempat kuhentikan karena telah mendapatkanmu. Apalagi sekarang aku lebih bisa diterima di negara ini, jadi aku akan menetap selamanya di sini dan mungkin tidak akan bertemu denganmu lagi.
Rasa cinta membuatku tidak bisa membencimu, Lisa..
Satu hal yang ingin aku sampaikan, tolong jaga hadiah yang sudah aku berikan padamu. Aku tulus memberikan kornea mataku untukmu.
Jangan menangis, aku tahu kamu gadis yang kuat. Aku belajar banyak darimu Lisa, aku juga akan berusaha sekuat dirimu.
Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu.
Hatinya bagai
disambar petir. Satu persatu air mata Lisa menetes
saat membaca surat bertuliskan huruf Braille itu. Selama ini ia tidak pernah
tahu orang yang mendonorkan kornea mata untuknya karena pihak rumah sakit tidak
pernah memberitahunya. Namun setelah membaca surat itu, ia mengetahui bahwa
pemuda buta yang pernah menjadi kekasihnya adalah orang yang rela memberikan
korna mata untuknya. Lisa menangis tersedu-sedu saat menyadarinya. Ia sangat
menyesal karena menyudahi hubungan dengan kekasihnya, kekasih yang tulus
memberikan kornea matanya agar gadis yang dicintainya bisa kembali melihat
keindahan dunia.
0 Response to "Penyesalan yang Terlambat"
Posting Komentar